Susahnya Mempertahankan Kota Cirebon, Kota Budaya

Susahnya Mempertahankan Kota Cirebon, Kota Budaya

Kota Cirebon merupakan salah satu kota bersejarah yang memiliki keunikan yang khas. Pada kota ini terdapat empat Kraton yang merupakan pecahan dari Kerajaan Cirebon yang pernah berjaya pada abad ke-15 hingga abad ke-18. Kraton-kraton tersebut, yaitu Kraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, Kaprabonan. Disamping fisik kraton, masing masing Kraton juga memiliki berbagai jenis elemen fisik lainnya, yang hingga kini masih berada dibawah pengelolaan mereka. Pada umumnya elemen fisik tersebut berbentuk situs yang berasal dari periode Kerajaan Cirebon, yang pada perkembangannya kemudian diakui sebagai milik bersama, atau dimiliki oleh salah satu dari Kraton-Kraton tersebut. Adapun situs-situs tersebut berupabangunan, makam, sumber air, dan benda-benda. Oleh sebagian besar masyarakat kota dan sekitarnya, situs-situs ini masih dipergunakan sebagai tempat ritual budaya hingga saat ini. Situs-situs Kraton yang jumlahnya cukup banyak dan tersebar di seluruh penjuru Kota Cirebon, sebenarnya memiliki potensi baik dalam meningkatkan citra kota. Tanpa disadari identitas Kota Cirebon telah terbentuk dari kehidupan budaya masyarakat, dimana situs sebagai wadahnya. Berdasarkan hasil Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan, Manusia dan Ruang dalam Arsitektur dan Perencanaan, dan telah diterbitkan oleh Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik-Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kota Cirebon merupakan kota budaya, dimana kebudayaannya berpusat pada 4 Kraton. Salah satu bentuk yang paling kongkrit dari wujud kebudayaan adalah situs. Situs disebut juga sebagai artefak, merupakan hasil karya dari warga Kraton. Dari hasil identifikasi diketahui bahwa situs-situs yang berada di wilayah Kota Cirebon berjumlah 31 situs. \"Tidak Akan tetapi, potensi yang bernilai heritage ini ternyata kurang disadari oleh Pemerintah Kota Cirebon. Hal ini terlihat dari ‘Rencana Tata Ruang Kota Cirebon’ yang kurang mengakomodasi potensi tersebut. Pada rencana kawasan Strategis Kota (KSK), ruang budaya hanya ditentukan berdasarkan letak fisik Kratonnya saja. Eksistensi Kota Cirebon sebagai Kota budaya kurang terlihat pada saat ini. Hal ini dikarenakan potensi kebudayaan yang berpusat di keempat Kraton kurang terakomodasi dengan baik, terutama dalam perencanaan kotanya. Padahal dari hasil analisis menunjukan bahwa di Kota Cirebon terdapat 31 situs yang masih digunakan sebagai wadah aktifitas budaya, dimana pusat budayanya berada di keempat Kraton. Terlihat bahwa penetapan tersebut tidak memertimbangkan aspek non fisik, yaitu berupa aktifitas budaya yang ditampung pada kawasan ini. \"Tidak Berbagai jenis situs yang jumlah cukup banyak tersebut, sebagian besar terletak di sepanjang pesisir Kota Cirebon. Hal ini menunjukan bahwa wilayah pesisir ini pada masa lalu menjadi pusat kota Cirebon karena pada masa Kerajaan, Cirebon pernah menjadi pusat perkembangan perdagangan, agama dan kebudayaan. Sebagai pusat perdagangan Kota Cirebon pernah menjadi bagian dari jalur perdagangan internasional, yang disebut dengan jalur sutra. Baca: Priben Jeh, Aksi Vandalisme Kotori Gedung Cagar Budaya Apa Kabar Kawasan Mangrove Kota Cirebon? Kota Cirebon Bukan Tempat Sampah? Wajah Kota Cirebon Tercoreng Semrawutnya Kabel \"Gambar Keterhubungan antara situs Kraton sebagai situs utama dengan situs-situs lainnya, yang termasuk dalam situs pendukung, membentuk suatu ruang yang disebut sebagai heritagescape. Menurut hasil kajian Fakultas Teknik-Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, suatu ruang yang didalamnya terdapat situs-situs yang bersifat sakral dan mengandung nilai spiritual, dapat disebut sebagai ruang heritage. Untuk itu ruang yang bernilai heritage ini harus dijaga, dilestarikan keberadaannnya, dan berpotensi untuk meningkatkan citra Kota Cirebon saat ini hingga ke masa yang akan datang.***  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: